Penyakit Ikan dan Cara Penanggulangannya
Dalam
budidaya ikan, serangan penyakit adalah masalah dan aspek yang sangat penting,
artinya penanggulangan penyakit dan hama juga harus menjadi pengetahuan yang
penting bagi pembudidaya ikan, sebab
penyerangan penyakit maupun ganguan hama dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.
Serangan
penyakit dan gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat
(kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konversi pakan sangat tinggi, periode
pemeliharaan lebih lama, yang berarti meningkatnya biaya produksi dan pada
tahap tertentu, serangan penyakit dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan
menurunnya hasil panen (produksi), tetapi pada tahap yang lebih jauh dapat
menyebabkan kegagalan panen.
Agar para
pembudidaya ikan mampu mencegah serta mengatasi serangan penyakit dan gangguan
hama yang terjadi pada ikan pemeliharaannya, maka mereka perlu dibekali pengetahuan
mengenai sumber penyakit, penyebab, dan jenisnya serta teknik-teknik
penanggulangannya.
A. Penyakit Ikan
Penyakit
ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan
suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik
secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang
ikan tidak dating begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara
tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang
(ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit).
Dengan demikian timbulnya
serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara
lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi
ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang
dimilikinya menjdi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit.
Penyebab
penyakit pada ikan atau peristiwa yang memicu terjadinya penyakit antara lain
sebagai berikut :
Semua
perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stress bagi ikan dan untuk
itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Beberapa faktor stress, misalnya suhu
air dan salinitas, bisa menyebabkan meningkatnya metabolism ikan, bila ikan
dipindahkan dari air tawar yang salinitasnya 0 ppt ke tambak atau laut yang
salinitasnya di atas 20 ppt tidak secara bertahap maka ikan akan mengalami
kesulitan beradaptasi.
Faktor lain misalnya transportasi, dapat menyebabkan
tekanan pada sistem kekebalan dan menghasilkan bermacam penyebab meningkatnya
penyakit dan kematian pada ikan. Oleh karena itu kadang-kadang ikan diberi obat
penenang sebelum ditransportasikan. Ada juga stres disebabkan dari segi makanan
atau pakan yang diberikan, seperti yang terjadi pada ikan lele, jika ikan muda
(0,5-5,0 gram) diberi makanan lebih dari 5% berat tubuh segar per hari, usus
bagian belakang atau bagian tengah pecah menimbulkan penyakit pada peritoneum.
Kemudian timbul radang pada dinding perut yang menyebabkan luka yang berasal
dari dalam.
Untuk
mengurangi stres pada saat penebaran benih harus hati-hati, ikan yang baru
ditangkap atau baru didatangkan tidak boleh langsung dicampurkan dengan
ikan-ikan yang lama, namun perlu dilakukan adaptasi suhu terlebih dahulu.
2. Kekurangan gizi
Ikan yang
kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit. Pakan yang
kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi
kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit.
Kekurangan lemak atau asam lemak akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat,
kesulitan reproduksi, dan warna kulit yang tidak normal. Kekurangan karbohidrat
dan mineral jarang terjadi, kecuali yodium yang dapat menyebabkan gondok.
Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan pertumbuhan menurun, mata ikan redup,
anemia, kulit pucat, dan pertumbuhan tulang belakang kurang baik.
Pakan yang
tidak seimbang atau komponennya berlebihan juga dapat menimbulkan masalah,
seperti kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak di hati
dan ginjal (lipoid liver degeneration) sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu makan
berkurang, dan bengkak di sekitar perut. Dan kelebihan karbohidrat juga dapat
menyebabkan penimbunan lemak di hati dan organ dalam lainya, rongga perut
melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan, dan kualitasnya menurun.
Pencegahan
dilakukan dengan memberikan ikan makanan yang mengandung gizi lengkap, tidak
kelebihan gizi, pemberian makanan cukup, tepat waktu, dan makanan tidak
mengandung bahan beracun.
3. Pemberian pakan yang
berlebihan
Selain
kekurangan gizi sebagai penyebab mudahnya ikan terserang penyakit, pemberian
makanan juga mengakibatkan hal yang sama. Ada dua kejadian yang berbahaya bila
ikan diberikan pakan yang berlebihan, yaitu ikan mengalami kekenyangan yang
berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah dan penurunan kualitas air.
Pakan yang
berlebihan yang tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun didasar kolam dan
tambak. Dengan demikian akan mempercepat penurunan kualitas air, karena pakan
merupakan sumbernbahan organik yang mengalami dekomposisi (terutama protein)
akan menjadi ammonia. Sedangkan konsentrasi ammonia yang berlebihan dapat
menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan.
4. Keracunan
Keracunan
yang banyak dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO2– dan NH3.
Tetapi ini terjadi hanya pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya penimbunan
lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam atau tambak. Gangguan kesehatan
lainnya yang sangat tergantung pada keadaan fisik adalah trauma gelembung
gas atau disebut GBT (Gas Bubble Trauma). Penyakit ini terjadi karena air
terlalu jenuh dengan gas-gas terutama nitrogen. Tetapi trauma gelembung gas
atau GBT juga bisa terjadi karena terlalu jenuhnya oksigen. Terlalu jenuhnya
darah dengan gas bisa terjadi misalnya karena penggunakan air yang
dipanaskan, air yang disediakan melalui tekanan yang berlebihan, dan pengaliran
air menggunakan pompa-pompa yang rusak dan berlubang. Di dalam tubuh ikan,
dengan kejenuhan darah seperti tersebut di atas, akan timbul suatu gelembung
udara dengan tingkat tertentu dan hal ini akan menyumbat kapiler-kapiler darah.
Pecahnya kapiler-kapiler ini menghasilkan hemoragik.
Selain
keracunan yang disebutkan di atas, keracunan juga bisa berasal dari pakan.
Misalnya dari bahan baku yang digunakan, aktivitas mikroorganisme yang
mencemari pakan dan penurunan/ pengrusakan komponen pakan selama penyimpanan.
Ketengikan lemak dapat merusak fungsi hati ikan. Mycotoksin dai Aspergilus
flavus dapat menyebabkan tumor hati. Beberapa senyawa lainnya yang tidak
beracun tetapi dapat menurunkan kualitas pakan antara lain enzim thiaminase
yang dapat merusak thiamin (vitamin B1), trypsin inhibitor yang dapat menghambat
aktivitas enzim tripsin.
Keracunan
juga bisa berasal dari limbah baik limbah rumah tangga seperti ditergen, limbah
pertanian seperti pestida maupun limbah industry seprti Cu, Cd, dan Hg serta
berbagai bahan pencemaran lainnya. Kesemuanya ini pada konsentrasi tinggi dapat
membahayakan ikan dan para pengkonsumsi ikan.
5. Memar dan luka
Ikan
mengalami memar dan luka karena saling mengigit atau penangganan yang kurang
baik. Penyakit ulcus syndrome pada ikan kerapu yang diidentifikasikan
disebabkan oleh bakteri vibrio sp. (vibriosis) berawal dari memar dan luka pada
ikan (Anonim, 1994).
Selama
pengangkutan perlu diperhatikan agar kondisi lingkungan dalam media pengangkut
tetap baik, sehingga ikan tidak mengalami gangguan. Untuk menjaga kondisi media
pengangkut tetap baik, perlu diperhatikan waktu pengangkutan, jumlah ikan yang
diangkut, dan jarak yang ditempuh. Di dalam wadah pengangkut, ukuran ikan harus
seragam, terutama ikan-ikan yang mempunyai sifat kanibal (saling memangsa)
seperti ikan kerapu, kakap, kuwe, gabus, dan ikan-ikan karnivor lainya. Hal ini
perlu diperhatikan agar tidak terjadi saling menyerang antara ikan yang dapat
menyebabkan memar dan luka pada ikan. Sebab ikan yang memar dan luka hanya
cepat stres, tetapi bagian tubuh yang memar dan luka merupakan media potensial
untuk diserang penyakit.
6. Cacat
Ikan cacat
akan kesulitan memperoleh makanan, baik karena pergerakannya lambat atau karena
kecacatannya sehingga mengalami kekerdilan. Dan karena itu, sulit bersaing
terutama dalam memperoleh makanan. Walaupun demikian ikan cacat bukan hanya
merupakan penyakit (non-infeksi) bawaan, tetapi juga karena perlakuan pembenih
yang tidak tepat. Misalnya, ikan yang mempunyai kebiasaan memakan makanan di
dasar perairan, oleh pembenih diberikan makanan terapung. Perlakuan seperti ini
akan menyebabkan ikan menderita mata juling. Begitu juga ikan yang mengalami
pembengkokan tulang. Mungkin saja telur ikan ditetaskan terserang penyakit
terlebih dahulu sebelum menetas. Oleh karena itu, pembenih juga harus dapat
memastikan media air yang digunakan maupun telur yang hendak ditetaskan adalah
dalam kondisi optimal.
7. Kualitas air
Bila
kualitas air tidak dalam kondisi optimum untuk keperluan kehidupan ikan,
misalya tingkat bahan organik di dasar kolam atau tambak yang
tinggi. Kualitas air juga mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan
sito-patologi dan histo-patologi pada ikan. Kosentrasi amonia yang tinggi bisa
menyebabkan perubahan histologis pada jaringan insang walaupun secara lambat
tetapi terus menerus.
Menjaga agar
kualitas air tetap optimum bagi kebutuhan ikan yang dibudidayakan, berarti
menjaga kesehatan ikan dan mencegah serangan penyakit. Kualitas air yang
optimum dapat dipertahankan dari kegiatan memilih lokasi yang ideal,
menggunakan dan membuat wadah budidaya yang cocok, dan melaksanakan pengololaan
usaha budidaya ikan secara benar, seperti memilih benih yang berkualitas,
pemberian pakan yang cukup dan bermutu serta tepat waktu, pergantian air,
pengelolaan tanah, dan sebagainya.
8. Hama
Penyakit juga
dapat disebabkan oleh hama yang secara sengaja maupun tidak sengaja masuk ke
dalam wadah pemeliharaan. Hama selain mengganggu ikan pemeliharaan dalam bentuk
memangsa, menyaingi, dan merusak wadah budidaya, juga dapat membawa
organisme penyakit seperti virus, perasit, bakteri atau jamur. Ikan
pemeliharaan yang terluka akibat terserang pemangsa akan mudah stres, dan
bagian yang memar atau terluka merupakan media yang potensial terjadinya
serangan penyakit infeksi.
B. Penanggulangan Penyakit Ikan
Cara penanggulangan
penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau secara kimiawi dapat
dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun di kolam/tambak (pond
treatment). Sedangkan teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
- Jangka pendek
Untuk
penanggulangan penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
- Metode perendaman (Dip Method)
Metode
pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif tinggi, ikan
dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air. Biasanya cara ini
diterapkan untuk telur ikan.
- Jangka panjang
Penanggulangan
penyakit ikan jangka panjang (prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu sebagai berikut:
- Metode pemandian (Bath Method)
Metode
pengobatan dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam. Selama pengobatan
ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus diberikan selama pengobatan
(pemandian).
Metode ini
diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan
untuk metode ini sekitar 1 jam.
- Jangka waktu tak terbatas
Metode
pengobatan ikan sakit dalam jangka waktu tak terbatas (indefinite treatment)
umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang berukuran
besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah untuk jangka waktu
yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan hilang dengan sendirinya.
- Penyemprotan
Penanggulangan
penyakit ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan dengan cara penyemprotan.
Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan penyemprotan yaitu
pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya dilakukan sebagai cara terakhir,
setelah cara yang lain tidak yang efektif.
- Penyuntikan
Pengobatan
melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan-ikan yang berukuran besar
atau induk-induk ikan. Penyuntikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut:
- Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan sirip perut (diusahakan agar tidak melukai usus ikan).
- Secara Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian tengah otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang sirip punggung).
- Pengobatan melalui makanan
Apabila ikan
yang terserang penyakit masih mau makan (belum kehilangan nafsu makannya) maka
pengobatan dapat dilakukan melalui makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan
dicampur dengan makanan (sesuai dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.
Hama adalah
organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan budidaya secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada
sistem pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi
tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya,
manusia, dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila
masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik,
maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan pabrik
(pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama umumnya dilakukan
dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis sebaiknya dilakukan petani
ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara ini merupakan tindakan pencegahan
(preventif). Cara pencegahan ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan
dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak
berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.
Tindakan
pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang sempurna dengan
perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat,
pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan
dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan
memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.
Sumber:
https://smkjenieb.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar